Kenali 5 masalah gizi yang umum
terjadi pada balita
Para ahli menggolongkan usia balita sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu. Berikut adalah beberapa masalah gizi yang sering terjadi pada si kecil.
1. Kurang energi protein (KEP)
Peran protein bagi si kecil -yang sedang dalam masa pertumbuhan- amat penting. Jika asupan protein mereka dibawah angka kecukupan gizinya, maka balita beresiko mengalami kondisi Kurang Energi Protein (KEP). Para ahli mengelompokan KEP kedalam tiga tipe utama yaitu:
- Marasmus. Si kecil yang mengalami Marasmus biasanya memiliki berat badan sangat rendah, ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh, mudah terkena infeksi penyakit, rambut tipis dan mudah rontok, kulit kering dan berlipat, tingkat kesadaran menurun, dan sering diare. Masalah gizi ini sering terjadi pada anak usia satu tahun yang tidak mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI).
- Kwashiorkor. Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang mendapatkan asupan protein. Menurut situs Wikipedia, si kecil yang mengalami Kwashiorkor sering kali mengalami pembengkakan pada di seluruh tubuh hingga tampak gemuk terutama pada bagian punggung kaki, bila bagian punggung kakinya ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil, serta munculnya ruam yang berwarna merah muda pada kulit kemudian berubah menjadi coklat kehitaman dan mengelupas.
- Kwasiorkor Marasmus. Kondisi ini sering dikenal dengan istilah busung lapar dan timbul jika makanan sehari-hari tidak mengandung cukup energidan protein.
(Baca juga:
7 Tips cerdik memilih makanan sehat untuk si kecil
)
2. Kurang asupan zat besi (Fe)
Kekurangan zat besi pada anak balita dapat menyebabkan berbagai ganguan kesehatan yang salah satunya adalah anemia. Si kecil yang mengidap anemia memiliki kadar hemoglobin darah dibawah angka normal yang berakibat pada rendahnya suplai oksigen ke organ-organ tubuh. Gejala anemia yang sering nampak adalah lemas, pucat, dan mudah lelah.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa defisiensi atau kekurangan zat besi dapat berhubungan dengan rendahnya kemampuan memusatkan perhatian dan mengingat pada anak. Memberikan berbagai jenis makanan yang mengandung zat besi tinggi seperti sayuran terutama yang berdaun hijau gelap, kacang-kacangan, dan daging, dapat memenuhi kebutuhan zat besi si kecil.
(Baca juga:
Bahaya kekurangan zat besi pada balita dan cara mengatasinya
)
3. Kurang asupan vitamin A
Kurang asupan vitamin A dapat berdampak pada terganggunya perkembangan organ penglihatan si kecil. Penyakit mata yang sering muncul akibat kurang vitamin jenis ini disebut dengan Xeroptalmia. Menurut situs Wikipedia, penyakit ini merupakan menyebab kebutaan paling sering terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pastikan ayah bunda memberikan berbagai jenis makanan yang kaya dengan kandungan vitamin A seperti wortel, bayam, keju, alpukat,telur, dan mangga.
4. Kurang asupan zat Iodium
Kurang mendapatkan masukan zat iodium dapat berakibat pada pembengkakan kelenjar gondok, gangguan perkembangan fisik, dan fungsi mental. Zat iodium banyak terdapat pada udang atau lobster, stroberi, kentang, dan keju ceddar.
5. Obesitas.
Jika keempat gangguan gizi sebelumnya disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan nutrisi tertentu, obesitas atau berat badan berlebih dapat terjadi ketika si kecil mendapatkan asupan kalori melebihi batas kebutuhan disertai dengan kurangnya aktifitas gerak. Anak yang mengalami obesitas dapat juga mengalami gangguan pernafasan dan komplikasi ortopedik (tulang).
Pengaturan pola makan termasuk memastikan kecukupan nutrisi yang berimbang adalah upaya yang direkomendasikan para ahli guna menghindari resiko obesitas pada anak balita. Selain itu, membiasakan si kecil aktif secara fisik memalui beragam aktivitas olah raga atau bermain juga dapat menurunkan resiko kondisi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar